Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pangkat TNI di awal kemerdekaan


Pangkat TNI di awal kemerdekaan - Pada zaman revolusi 1945, awalnya sebuah pangkat dalam kemiliteran berkesan asal-asal. Setiap orang dapat mengklaim dirinya seorang tentara dengan pangkat perwira. Asal punya senjata, punya anak buah, enak saja seseorang mengaku berpangkat letnan.

Saat itu memang belum ada aturan yang jelas. Pemberian pangkat secara normal seperti di tentara profesional tidak bisa diberikan. Negara baru berdiri dan ancaman pertempuran terjadi di mana-mana. Aturan

Letnan Alex Kawilarang contohnya. Perwira mantan (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) ini menjadi Mayor dalam waktu 10 menit.

"Alex saat itu bertemu dengan Amir Syarifuddin lalu dinaikkan pangkatnya menjadi Kapten. Nah, 10 menit kemudian setelah berdiskusi dengan rekan Alex, Amir menaikkan pangkat Alex menjadi Mayor," ujar sejarawan Petrik Matanasi.

Bahkan menurut Petrik, nama besar Urip dan Sudirman juga tidak lepas dari kemudahan kenaikan pangkat pada saat itu. Bayangkan saja, Urip yang berpangkat Mayor, atas kesepakatan bersama menjadi Letjen.

"Dia menjadi Letjen dan merupakan orang pertama yang memiliki pangkat Bintang," katanya.

Lalu, untuk Sudirman, dia sedikit berbeda dalam mendapat pangkat Jenderal. Saat masih berpangkat Kolonel, Sudirman ikut rapat pemilihan Panglima Tentara. Karena Soedirman baru saja memenangkan perang, maka dia secara aklamasi terpilih menjadi Panglima. Pangkatnya pun dinaikan menjadi jenderal.

"Kolonel Sudirman mendapatkan posisi Panglima setelah dipilih anggotanya secara voting. Ini mungkin tidak akan pernah terjadi di mana pun," kata Petrik.

Posting Komentar untuk "Pangkat TNI di awal kemerdekaan"